KOTA METRO – Pemerintah Kota Metro melalui Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata (Disporapar) mengusulkan rencana strategis untuk merevitalisasi Stadion Tejosari menjadi Metro Sport Center. Usulan ini muncul sebagai respons terhadap tingginya minat masyarakat dalam berolahraga, terutama aktivitas jogging yang kini marak dilakukan di ruang publik seperti Taman Merdeka.

Sekretaris Disporapar Metro, Alfajar Nasution, menyampaikan bahwa penggunaan Taman Merdeka sebagai lintasan lari tidak sesuai peruntukan dan berisiko mengganggu fungsi ekologis taman serta keselamatan lalu lintas kota.

“Fenomena jogging di jalan protokol, khususnya sekitar Taman Merdeka, perlu dicarikan solusi. Fungsi taman sebagai ruang terbuka hijau menjadi terganggu, dan dari sisi lalu lintas juga cukup berbahaya,” ujarnya saat dikonfirmasi, Jumat (13/6/2025).

Rencana revitalisasi ini tidak sekadar perbaikan fasilitas stadion, melainkan transformasi total menjadi pusat olahraga terpadu. Konsep Metro Sport Center mencakup lintasan lari standar, area senam terbuka, ruang UMKM, dan sarana pendukung komunitas serta kegiatan publik.

Meski begitu, kendala terbesar terletak pada pendanaan. Disporapar menyebut, anggaran daerah tidak cukup untuk menopang proyek besar tersebut. Untuk itu, opsi pembiayaan melalui skema Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) atau pola kerja sama lainnya tengah dipertimbangkan.

“Kami sudah ajukan proposal ke pimpinan. Harapan kami bisa disuarakan ke pusat, karena jika hanya mengandalkan APBD, tentu akan berat,” kata Alfajar.

Revitalisasi Stadion Tejosari, lanjutnya, sejalan dengan misi pembangunan Wali Kota Bambang dan Wakil Wali Kota Qomaru dalam peningkatan kualitas sarana publik dan penataan fungsi ruang kota. Letak stadion yang strategis dinilai memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai pusat aktivitas kepemudaan dan olahraga.

Namun demikian, proses lanjutan masih menunggu kajian teknis lintas instansi terkait status stadion sebagai aset milik daerah. Pengelolaan harus dirancang dengan formula hukum dan kelembagaan yang tepat.

Salah satu tujuan penting dari proyek ini adalah mengembalikan Taman Merdeka pada fungsinya sebagai paru-paru kota. Selama ini, beban aktivitas olahraga di taman justru mengurangi nilai ekologis dan menimbulkan kepadatan lalu lintas di pusat kota.

“Stadion Tejosari dirancang untuk olahraga. Sudah semestinya aktivitas fisik difokuskan ke sana, sementara Taman Merdeka dapat kembali menjadi ruang hijau dan rekreasi pasif,” tambahnya.

Meski bukan wacana baru, usulan Metro Sport Center dinilai membutuhkan dorongan politik dari kepala daerah agar tidak kembali menjadi sekadar dokumen birokrasi. Dukungan legislatif, partisipasi masyarakat, dan peran pemerintah pusat akan sangat menentukan keberlanjutan rencana ini.

“Metro adalah kota dengan warga muda dan gaya hidup aktif. Sudah saatnya fasilitas olahraga menjadi prioritas, bukan pelengkap,” tandas Alfajar.

Jika direalisasikan, Metro Sport Center digadang menjadi ikon baru kebanggaan masyarakat sekaligus investasi jangka panjang untuk kualitas hidup warga Kota Metro. (ADV)